Obyek
Penelitian bidang seismologi adalah bagian dalam bumi sedangkan pengamatannya
dilakukan di permukaan, sehingga sering mengalami kendala, dimana hasil
interpretasinya antara peneliti yang satu dengan yang lain sering berbeda. Hal
ini karena disamping penelitian tidak pada obyeknya langsung, tetapi juga
menggunakan asumsi-asumsi yang berbeda. Untuk menghasilkan interpretasi yang
lebih akurat penelitian seismologi harus seiring dengan penelitian geofisika
yang lain seperti, geomagnit, geolistrik, dan gravitasi. Disamping itu yang
lebih utama adalah eksperimen dan penelitian yang dilakukan di laboratorium dan
juga analisis teoritis yang didukung dengan ilmu penunjang yang lain seperti
fisika, matematika, statistik dan geologi.
Seismologi menjadi ilmu pengetahuan sendiri sejak permulaan abad 20, tetapi
dasar teorinya seperti teori elastisitas telah berkembang sejak pertengahan
abad 19 oleh Cauchy dan Poisson. Sedang pengamatan gempabumi dengan
akibat-akibatnya telah dimulai sejak permulaan jaman sejarah, terutama di
tempat gempabumi tersebut sering terjadi dan mengganggu kepentingan manusia.
Alat
pengamat gempa pertama dalam bentuk yang sangat sederhana dibuat di Cina pada
abad pertama yang disebut dengan seismoscope. Sedangkan di Indonesia pengamatan
gempabumi secara instrumental dilakukan pertama kali pada tahun 1898 dengan
seismograf Ewing yang dioperasikan oleh pemerintah Belanda, kemudian pada tahun
1908 dipasang seismograf Wichert yang sampai saat ini masih terawat dengan baik
dan berada di Stasiun Geofisika Jakarta. Alat ini menggunakan sistem pendulum
dimana berat pendulumnya sendiri sekitar satu ton.
SEISMOSCOPE |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar