Pengantar Metode Geomagnetik
1.
Pengertian Medan
Magnet Secara umum
Pengertian umum medan magnet bumi adalah medan atau daerah dimana
dapat dideteksi distribusi
gaya magnet
(BROOKE,
1966, Champman
dan
Barttels, 1940).
Pada tahun 1839
Gauss pertama kali melakukan analisa harmonik dari medan magnet bumi untuk mengamati sifat-sifatnya. Analisa selanjutnya
yang dilakukan
oleh para ahli
mengacu
pada kesimpulan
umum yang dibuat oleh Gauss yaitu :
·
Intensitas medan magnet bumi hampir seluruhnya dari dalam bumi
· Medan yang teramati di permukaan bumi dapat didekati dengan persamaan harmonik
yang pertama berhubungan dengan potensial dua kutub di pusat bumi. Dua kutub Gauss
ini mempunyai kemiringan (menyimpang) kira-kira 11,50 terhadap sumbu geografis.
Komponen medan magnet yang berasal dari dalam
medan bumi merupakan efek yang timbul karena sifat inti bumi yang cair memungkinkan adanya gerak relatif antara kulit bumi dengan inti bumi yang sering disebut dengan efek dynamo.
Variasi medan magnet yang hanya beberapa persen dari harganya yang timbul
oleh aliran arus di
ionosfer yang menghasilkan medan magnet, dengan demikian induksi arus listrik alam mengurangi komponen horisontal yang tergantung pada sifat kelistrikan kerak dan mantel bumi (Brooke, 1966). Arus ionosfer pada prinsipnya berasal dari :
· Fluktuasi harian sinar matahari dan pasang surut bulan yang menyebabkan bergeraknya elektron bebas.
· Variasi transien yang dihasilkan oleh aktivitas matahari, aliran partikel terionisasi yang berasal dari emisi gas hydrogen dari matahari ditahan dynamo ionosfer dan akibatnya menganggu medan magnet bumi (Oxford, 1965; Akasofu dan Champman, 1961).
A. Suseptibilitas Batuan dan Mineral
Tingkat suatu benda magnetik untuk mampu dimagnetisasi
ditentukan oleh suspebilitas kemagnetan
atau K, dituliskan sebagai :
I = k H
Besaran yang tidak berdimensi ini
merupakan parameter dasar yang dipergunakan dalam metode magnetik. Harga k pada
batuan semakin besar apabila dalam batuan tersebut semakin banyak dijumpai banyak mineral – mineral yang
bersifat magnetik.
Faktor
yang mempengaruhi harga suspebilitas batuan adalah :
v Jenis batuan
v Komposisi batuan
Benda magnet apabila berada dalam medan luar akan memiliki
kutub kutub sendiri yang umumnya
mengarah kearah yang sama dengan medan, sehingga akan dihasilkan suatu medan baru. Medan tambahan ini apabila
dihubungkan dengan intensitas magnetisasi adalah induksi magnetik (B).Didefinisikan sebagai
medan total dalam benda :
Berdasarkan
harga kerentanan magnet, k bahan dapat dibedakan sebagai berikut
v Diamagnetik, yaitu mempunyai harga k
yang lebih kecil dan negatif.
contoh
: air, Hg, Cu, dll.
v Paramagnetik, yaitu mempunyai harga k
yang kecil dan positif.
contoh
: Pt, AlO₂ dll.
v Ferromagnetik, yaitu bahan
paramagnetik yang mempunyai harga k besar sekali ( sampai 10 kali harga k bahan
paramagnetik ).
contoh : jenis – jenis
logam.
B. Konsep Dasar Metode Magnetik
v Gaya Magnetik
Dasar dari metode Magnetik adalah gaya columb yang dapat di
rumuskan sebagai berikut
F = M1M2
/ µ0 r2 . r
Dimana
F = gaya coloumb dalam newton
M1
dam m2 = kuat kutub magnet dalam ampere meter
r = jarak kedua kutub
µo = permeabilitas
(Telford,
1979)
v Kuat Medan Magnet
Kuat medan magnet ialah besarnya medan magnet pada suatu
titik dalam ruang yang timbul sebagai akibat kutub m yang berada sejauh r dari
titik tersebut. Kuat medan H didefinisikan sebagai gaya pada satu satuan kutub
:
v Momen magnetic
Bila dua kutub magnet yang berlawanan mempunyai kuat kutub
magnet +p dan –p, keduanya terletak
dalam jarak I, maka momen magnetik M dapat ditulis sebagai :
M
= Pr1 = Mr1
Dengan M adalah vector dlam arah unit vector r1
dari kutub negatif ke kutub positif
v Intensitas Kemagnetan
Suatu benda magnet yang terletak di dalam medan magnet luar
menjadi termagnetisasi karena induksi. Intensitas magnetisasi itu berbanding
lurus dengan kuat medan dan arahnya searah
dengan medan tersebut. Intensitas magnetisasi didefinisikan sebagai magnet per
satuan volume
Secara praktis magnetisasi akibat
induksi ini kebanyakan meluruskan dipole- dipole material magnet, sehigga sering disebut
sebagai polarisasi magnet. Bila besarnya konstan dan arahnya sama, maka dikatakan benda
termagnetisasi secara uniform.
v Induksi magnetic
Bila benda magnetik diletakkan dalam
medan magnet luar H, kutub-kutub internalnya akan menyearahkan diri dengan H dan terbentuk
suatu medan magnet baru yang besarnya adalah :
H’ = 4
pkH
Medan magnet totalnya disebut dengan
induksi magnet B dan ditulis sebagai :
B = mrH
Dengan mr = 1+ pk dan disebut
sebagai permeabilitas relatif dari suatu benda magnetik. Satuan B dalam emu adalah gauss, sedangkan
dalam geofisika eksplorasi dipakai satuan gamma (g), dengan 1 g = 10-5 gauss =
1 nT.
v Potensial Magnetostatik
Potensial magnetostatik didefenisikan sebagai tenaga yang
diperlukan untuk memindahkan satu satuan
kutub magnet dari titik tak terhingga ke suatu titik tertentu dan dapat ditulis
sebagai
Untuk benda tiga dimensi, material di
dalamnya memberikan sumbangan momen magnetik
per satuan volume M(r). Jadi potensialnya merupakan hasil integral
sumbangan momen dwikutub per satuan
volume Dan medan magnet benda sebagai penyebab timbulnya anomali, dapat ditulis
sebagai:
v
Medan
magnet Bumi
Bumi berlaku seperti sebuah magnet
sferis yang sangat besar dengan suatu medan magnet yang mengelilinginya. Medan
itu dihasilkan oleh suatu dipole magnet yang terletak pada pusat bumi. Sumbu
dipole ini bergeser sekitar 11o dari sumbu rotasi bumi, yang berarti kutub
utara geografis bumi tidak terletak pada tempat yang sama dengan kutub selatan
magnetik bumi. Menurut IGRF (2000), melalui perhitungan posisi simetris dimana
dipole magnetik memotong permukaan bumi, letak kutub utara magnet bumi adalah
79,3 N, 71,5 W dan 79,3 S , 108,5 E untuk kutub selatan.
Medan
magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis yang dapat diukur yaitu arah
dan intensitas kemagnetannya. Parameter
fisis itu adalah deklinasi magnetik D, intensitas horisontal H dan
intensitas vertikal Z. Dari elemen-elemen ini, semua parameter medan magnet
lainnya dapat dihitung.
Parameter yang menggambarkan arah medan
magnetik adalah deklinasi D (sudut antara utara magnetik dan utara
geografis)
dan inklinasi I (sudut antara bidang horisontal dan vektor medan total),
yang
diukur dalam derajat. Intensitas medan magnetik total F digambarkan
dengan komponen horisontal H, komponen vertikal Z dan komponen
horisontal kearah utara X dan kearah timur Y.
Intensitas medan magnetik bumi
secara kasar antara 25.000 – 65.000 nT. Untuk Indonesia, wilayah yang
terletak
di utara ekuator mempunyai intensitas ± 40.000 nT, sedangkan yang di
selatan
ekuator ± 45.000 nT.
Medan magnet utama bumi berubah
terhadap waktu sehingga untuk menyeragamkan nilainilai medan utama bumi dibuat
standar nilai yang disebut dengan International Geomagnetics Reference Field
(IGRF) yang diperbaharui tiap 5 tahun sekali. Nilai IGRF tersebut diperoleh dari
hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta Km yang dilakukan
dalam waktu satu tahun. Medan magnet bumi terdiri dari tiga bagian, yaitu :
·
Medan
utama (Main field)
Pengaruh medan utama
magnet bumi ± 99 % dan variasinya terhadap waktu sangat lambat dan kecil.
·
Medan
luar (External field)
Pengaruh
medan luar berasal dari pengaruh luar bumi (aktifitas matahari, badai magnetik)
yang merupakan hasil dari ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar
ultraviolet dari matahari. Karena sumber luar ini berhubungan dengan arus
listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer, maka perubahan
medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat. Beberapa sumber medan luaar antara
lain :
§ Perubahan konduktivitas listrik
lapisan atmosfer dengan siklus 11 tahun,
§ Variasi harian dengan periode 24 jam
yang berhubungan dengan pasang surut matahari dan mempunyai jangkauan 30 nT,
§ Variasi harian dengan periode 25 jam
yang berhubungan dengan pasang surut bulan dan mempunyai jangkauan 2 nT,
§ Badai magnetik yang bersifat acak dan
mempunyai jangkauan sampai dengan 1.000 nT
· Anomali Medan Magnetik
Variasi medan magnet yang terukur di
permukaan bumi merupakan target dari survey magnetik (anomali magnetik). Besar
anomali magnetik berkisar ratusan sampai ribuan nano-tesla, tapi ada juga yang
> 100.000 nT yang berupa endapan magnetik. Secara garis besar anomali ini
disebabkan oleh madan magnetik remanen dan medan magnetik induksi.
Anomali yang diperoleh dari survey merupakan
hasil gabungan dari keduanya, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah
medan magnet induksi maka anomalinya bertambah besar, demikian pula sebaliknya.
Jika anomali medan magnetiknya < 25 % medan magnet utama bumi maka efek
medan remanennya dapat diabaikan. Adanya anomali medan magnetik menyebabkan
perubahan dalam medan magnet total bumi dan dapat dituliskan sebagai :
v. Magnetisasi Batuan
Apabila
suatu batuan didalamnya mengandung mineral magnet berada dalam medan magnet
bumi, maka akan timbul medan magnet baru dalam benda (induksi) yang
menghasilkan anomaly magnet. Oleh sebab itu medan magnet normal bumi akan
mengalami gangguan yang disebabkan oleh anomaly magnet sebagai hasil
magnetisasi batuan
2.
Medan
Magnet
Dalam survei dengan metode magnetik
yang menjadi target dari pengukuran adalah variasi medan magnetik yang terukur
di permukaan (anomali magnetik). Secara garis besar anomali medan magnetik
disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnet remanen mempunyai
peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan
magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga
sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil
gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah
1. Medan magnet utama (main field)
Medan
magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil pengukuran dalam
jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah dengan luas lebih dari 106 km2.
Pengaruh medan utama magnet bumi ± 99% yang disebabkan karena bumi itu sendiri
merupakan magnet yang sangat besar dan variasinya terhadap waktu sangat lambat
dan kecil.
2.
Medan magnet luar (external field)
Pengaruh
medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil ionisasi
di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena
sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam
lapisan terionisasi di atmosfer,
maka perubahan medan ini terhadap
waktu jauh lebih cepat.
3. Medan magnet anomali
Medan
magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal field). Medan magnet
ini dihasilkan oleh batuan yang
mengandung mineral bermagnet seperti magnetite (87 SF e ), titanomagnetite ( 4
2 O TF i e ) dan lain-lain yang berada di
kerak bumi.
3. Akusisi
Dalam akuisisi dat magnetic dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu secara looping, base rover, atau gradient
vertikal. Perbedaan dalam beberapa cara tersebut hanaya di tekankan dalam
penggunaan instrument dalam pengukuran.
1. Looping
Pengukuran
yang dimulai dari base dan di akhiri di base lagi. Pengukuran looping ini hanya
menggunakan satu alat PPM yang menjadi base dan rover. Dimana sekaligus pengukuran
looping ini mencatat nilai variasi harian dan intensitas medan magnet total.
2. Base – Rover
Pengukuran
yang menggunakan dua buah alat PPM dimana satu buah untuk pengambilan data base
yang penempatan alat PPM tersebut di tempatkan pada tempat yang bebas dari noise guna mencatat nilai variasi harian dan
tetap sedangkan satunya untuk pengambilan data di lapangan guna mencatat
intensitas medan total dari tiap lintasan.
3. Gradien Vertikal
Untuk pengukuran Gradien vertikal
secara pengukuran sama dapat dilakuakan secara looping atau base-rover, hanya
saja perbedaannya pada pemakaian sensor. Jumlah sensor yang di gunakan 2 buah sensor. Biasanya untuk pemetaan medan
magnet total dan variasi gradient vertikal medan magnet
Untuk
pengukuran geomagnetic itu sendiri yang secara valid, umum, standar dalam
pengukuranya yaitu menggunakan base-rover. Sedangkan untuk looping dan gradient
vertikal jarang di gunakan dalam
pengukuran secara umum . Gradien vertikal juga hanya di gunakan
pengukuran
untuk mengetahui batas litologi suatu lapangan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar