A.           Pengertian
Elektromagnetik
Secara umum, metode geofisika dibagi
menjadi dua kategori yaitu metode pasif dan aktif. Metode pasif dilakukan
dengan mengukur medan alami yang dipancarkan oleh bumi. Metode aktif dilakukan
dengan membuat medan gangguan kemudian mengukur respons yang dilakukan oleh
bumi. Sedangkan sumber-sumber yang digunakan dalam pengukuran tersebut
diantaranya ada- lah gelombang elektromagnetik, getaran, sifat kelistrikan,
sifat kemagnetan, dan lain-lain. Metode EM adalah salah satu metode geofisika
untuk mengetahui anomali di bawah permukaan yang memanfaatkan sifat medan
magnet dan medan listrik (Buttler,
2010).           
Survei elektromagnetik (EM) pada
dasarnya diterapkan untuk mengetahui respons bawah permukaan menggunakan perambatan
gelombang elektromagnetik yang terbentuk akibat adanya arus bolak-balik dan
medan magnetik. Medan elektromagnetik primer dihasilkan oleh arus bolak-balik
yang melewati sebuah kumparan yang terdiri dari lilitan kawat. Respons bawah
permukaan berupa medan elektromagnetik sekunder dan resultan medan terdeteksi
sebagai arus bolak-balik yang menginduksi arus listrik pada koil penerima (receiver)
sebagai akibat adanya induksi elektromagnetik 
B.     Jenis-jenis
Metode Elektromagnetik
Metode elektromagnetik yang digunakan
umumnya terbagi menjadi 2, yaitu metode aktif dan metode aktif. Metode
elektromagnetik aktif, menggunakan sumber gelombang elektromagnetik yang
berasal dari  alam, contoh dari metode elektromagnetik ini antara
lain Metode ektromagnetik VLF (Very Low Frequency) dan Metode
Elektromagnetik Magnetotelurik. Sedangkan metode elektromagnetik aktif,
menggunakan sumber gelombang elektromagnetik buatan yang di pancarkan
oleh transmitter.
1.    Metode Very
Low Frequency (VLF)
a.    Pengertian
Metode VLF-EM merupakan salah satu
metode geofisika yang digunakan untuk menggambarkan rapat arus induksi yang
terdapat di bawah permukaan bumi. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh
Ronka pada tahun 1971. Metoda ini memanfaatkan gelombang elektromagnetik dengan
frekwensi 5-30 kHz. Metode ini memanfaatkan medan elektromagnetik yang
dibangkitkan pemancar-pemancar gelombang radio VLF berdaya besar yang
dioperasikan untuk kepentingan militer, terutama untuk berkomunikasi dengan
kapal selam.
Medan magnetik dan medan listrik yang
dibangkitkannya disebut sebagai medan primer. Medan primer membangkitkan medan
sekunder sebagai akibat adanya arus induksi yang mengalir pada benda-benda
konduktor di dalam tanah. Medan sekunder yang timbul bergantung pada
sifat-sifat medan primer, sifat listrik benda-benda di dalam tanah dan medium
sekitarnya, serta bentuk dan posisi benda-benda tersebut. Pada daerah
pengamatan VLF dilakukan pengukuran terhadap resultan medan primer dan medan
sekunder, dimana perubahan resultan kedua medan tersebut tergantung pada
perubahanmedan sekunder. Sehingga bentuk, posisi, dan sifat listrik benda-benda
di bawah daerah pengamatan dapat diperkirakan. Metode VLF ini secara umum
digunakan untuk penelitian geologi yang bersifat dangkal.
Untuk metode VLF ada dua mode yaitu
mode tilt angle dengan parameter yang dipakai adalah sudut tilt dan parameter
resistivitas sedangkan mode resistivitas dengan parameter  tahanan
jenis medium dan sudut fase medium. Komponen yang diukur dalam VLF adalah tilt
angle α yaitu sudut utama polarisasi ellip dari horizontal (dalam derajat atau
persen), dan eliptisitas Ɛ adalah perbandingan antara sumbu kecil terhadap
sumbu besarnya (dalam persen). Tilt angle α dan eliptisitas Ɛ, berkaitan dengan
komponen Ɛ mirip dengan bagian quadrature (komponen imaginer) dari komponen
vertikal. Kedua parameter tersebut diukur dalam prosentase terhadap medan
primer horizontal.
|  | 
| METODE VERY LOW FREQUENCY | 
b.      Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam
pengambilan data metode VLF adalah sebagai berikut :
·      alat
VLF-EM;
·      aki
charger 12 V 2,2 A;
·      GPS;
·      kompas;
·      dan
peralatan pendukung lainnya.
Peralatan utama yang diperlukan adalah
alat untuk menangkap sinyal VLF Elektromagnetik. Ada berbagai jenis alat untuk
menangkap sinyal VLF-EM ini. Jenis yang sering digunakan dalam akuisisi adalah
VLF-EM ENVI SCINTREX.
c.       Akuisi
Data
Hal pertama
yang harus dilakukan untuk memperoleh data VLF  adalah me- nyiapkan
peralatan dan menentukan lokasi penelitian yang akan diambil data VLF-nya.
Setelah itu proses akuisisi dilakukan sebagai berikut :
·      Data
lapangan diambil menggunakan T-VLF IRIS instrumen dan theodolit atau GPS untuk
menentukan titik ukur.
·      Sumber
gelombang EM frekuensi sangat rendah dari stasiun pemancar gelombang. Contohnya
andalah VLF NWC Australia, dimana stasiun ini memiliki daya pancar yang
mencakup hampir seluruh wilayah Indonesia.
·      Lintasan
survei harus memanjang dengan spasi untuk setiap stasiun. Lintasan yang dibuat
diperkirakan memotong daerah anomali. Arah  pengukuran harus tegak
lurus dengan pemancar (Australia)
atau  menghadap  kepemancar.
·      Pengambilan
data VLF menggunakan alat penangkap gelombang.
·      Akuisisi  data  dari  masing-masing  titik
pengukuran  dilakukan  dalam  dua posisi,
yaitu duduk dan berdiri.
d.   Pengolahan
Data dan Interpretasi Data
1)   Pengolahan
Data VLF
            Data yang telah terambil meliputi data elektromagnetik
yang didapatkan dalam pengukuran. Data pengukuran tersebut merupakan
superposisi antara sinyal yang berasal dari anomali dan gangguan (noise) dari
struktur lokal yang tidak diharapkan.
Terdapat
empat jenis koreksi dalam pengolahan data VLF-EM, yaitu :
·      Koreksi
Moving Average Filter
Dengan asumsi
gelombang yang diterima oleh VLF-EM adalah frekuensi rendah dan noise eksternal
juga mempengaruhi pengukuran, maka filter moving average digunakan untuk
menghilangkan noise frekuensi tinggi. Oleh karena itu, sinyal yang disaring
benar- benar merupakan anomali bahan konduktif di bawah permukaan.
·      Filter
Flaser
Dengan
menggunakan filter ini, titik potong dari anomali menjadi optimal (mencapai
puncaknya), maka hasil filter ini akan membuat proses analisis lebih mudah.
Filter Fraser diaplikasikan untuk setiap lintasan dengan menempatkan lokasi
pengukuran pada (x, y) dan anomali di (z), karena itu kontur dapat dibuat.
Kontur menunjukkan anomali tersebar di suatu daerah.
Interpretasi
menggunakan data sebelum filter Fraser akan sulit, karena kesulitan untuk
menentukan titik perubahan yang tidak terfokus pada satu titik, selain itu,
jika daerah tersebut memiliki banyak bahan konduktif, titik perubahan akan
lebih sulit untuk ditentukan. Setelah dilakukan filter Fraser anomali menjadi
lebih jelas. Namun untuk mendapatkan hasil interpretasi yang lebih baik dapat
dibantu menggunakan data lain seperti (quadrature, titlt-angle, atau
total-field).
·      Filter
Karous-Hjelt
Interpretasi
kualitatif VLF-EM dapat dilakukan dengan menggunakan filter Karous- Hjelt.
Penerapan hasil filter ini berupa distribusi kerapatan arus yang dapat member
informasi mengenai daerah konduktif.
2)   Interpretasi
Data VLF
              Setelah dilakukan pengolahan data hingga dilakukan
berbagai filter-filter yang diperlukan makan hasil yang didapatkan berupa
grafik frekuensi
pengukuran  atau  dalam  bentuk  kontur/citra  2D  untuk  dapat  dilakukan interpretasisetelah
itu. Dalam melakukan interpretasi data VLF dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu :
·      Interpretasi
dari Derivatif Fraser
Interpretasi yang
dilakukan dari hasil derivative koreksi Fraser Filter.
·      Interpretasi
Perkiraan Langsung
Interpretasi  yang  dapat  dlakukan  dengan  memperkirakan  langsung
dari hasil pengukuran yang telah didapatkan. Interpretasi cara ini dapat
dikatakan  tidak  akurat  karena  masih  banyak  noise  yang  belum
dikoreksi pada data yang telah didapat.
·      Interpretasi
dengan Filter Linier Karous Hjelt
Interpretasi yang dilakukan dengan
melihat hasil  filter Linier karous hjelt. Hasil yang didapatkan
lebih baik dari sebelumnya karena telah dilakukan beberapa kali pemfilteran.
·      Interpretasi
terhadap data VLF dapat dilakukan dengan perangkat lunak
Interpretasi  yang  dlakukan  dengan  perangkat  lunak
biasanya lebih mudah dan lebih akurat.
|  | 
| INTERPRETASI DATA METODE VLF | 
2.    Metode
Magnetotelurik
a.    Pengertian
    Metoda  magnetotellurik  (MT)  merupakan  salah  satu  metode  eksplorasi
geofisika yang memanfaatkan medan elektromagnetik alam. Medan EM tersebut
ditimbulkan oleh berbagai proses fisik yang cukup kompleks sehingga spektrum
frekuensinya sangat lebar (10-5 Hz – 104Hz).
Kebergantungan fenomena listrik -
magnet terhadap sifat kelistrikan terutama konduktivitas medium (bumi) dapat
dimanfaatkan untuk keperluan eksplorasi menggunakan  metoda  MT.  Hal  ini  dilakukan  dengan  mengukur  secara
simultan variasi medan listrik (e) dan medan magnet (H) sebagai fungsi
waktu.  Informasi mengenai  konduktivitas  medium  yang  terkandung  dalam
data  MT  dapat diperoleh  dari  penyelesaian  persamaan  Maxwell  menggunakan  model-model  yang relatif  sederhana. 
Pada  dekade  50-an  untuk  pertama
kali hal tersebut dilakukan dan dibahas secara terpisah oleh Tikhonov
(1950),Rikitake (1946), Price (1950), Kato dan Kikuchi (1950), Cagniard (1953)
dan Wait (1954) yang kemudian menjadi dasar metoda MT. Dengan demikian metoda
ini masih relatif baru jika dibandingkan dengan metoda geofisika lainnya.
Metode
Magnetotellurik adalah suatu metode yang bersifat pasif yang memanfaatkan
tahanan jenis bawah permukaan. Medan EM yang digunakan mempunyai frekuensi yang
panjang sehingga mampu menyelidiki keadaan permukaan dari kedalamaan puluhan
hingga ribuan meter. Sumber medan EM yaitu aktivitas petir (>1Hz), resonansi
lapisan iomosfer bumi (<1Hz), dan bintik hitam matahari (<<1Hz).
b.    Prinsip Kerja
Proses induksi elektromagnetik yang
terjadi pada anomaly permukaan bawah. medan EM yang menembus bawah
permukaan akan menginduksi anomaly konduktif bawah permukaan bumi sehingga
menghasilkan E dan magnetic sekunder yang kemudian direkam oleh alat
magnetotellurik. Kontras resistivitas antara atmosfer dan permukaan bumi
menunjukan bahwa gelombang  EM merambat vertical ke bawah
permukaan. Berdasarkan
sifat penjalaran, kedalaman penetrasi bergantung pada frekuensi
dan  resistivitas. Material yang resistivitas lebih kecil mempunyai
daya tembus yang lebih kecil sedangkan medan EM yang mempunyai frekuensi lebih
tinggi mempunyai daya tembus yang tinggi.
|  | 
| METODE MAGNETOTELURIC | 
c.    Peralatan
       Dalam penggunaan metode Magnetotellurik (MT) sumber yang
digunakan merupakan sumber alam. Sehingga pada metode ini peralatan yang
digunakan hanyalah alat penangkap gelombang elektromagnetik alat tersebut.
Peralatan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
·      Alat
Ukur  AMT (Audio Magnetotelluric) atau Magnetometer
Alat  ini  untuk  merekam  komponen  orthogonal  medan  listrik  (Ex
dan Ey)  dan medan  magnetik  (Hx dan
Hy)  pada  jangkauan  frekuensi  tertentu.
Ada beberapa  jenis  alat  ukur
AMT  yang  sering  digunakan,  di-antaranya  adalah Model  JCR-103  (4-Channel)  dan  Model  MTU-5a
(5-channel system) produksi Phoenix Geophysics.
·      Koil
Induksi Magnetik
Koil induksi
magnetic berfungsi sebagai sensor medan magnetik. Sen-sor ini dietakkan
dipermukaan tanah.
·      Elektroda
Listrik atau Porouspot
Elektroda
listrik atau porouspot berfungsi sebagai sensor medan listrik. Sensor ini
ditancapkan dengan kedalaman sekitar 30 cm.
·      GPS
GPS digunakan untuk menentukan koordinat
lokasi pengambilan data.
·      kabel-kabel
Kabel  digunakan  untuk  menyambungkan  bagian-bagian  alat  dengan
sensor.
·      Laptop
atau komputer
Laptop atau Komputer untuk memonitor
data yang direkam alat ukur AMT.
d.   Akuisisi
Data
Pada dasarnya
pengambilan data di daerah survey (data acquisition) MT dilakukan untuk
mengetahui variasi medan EM terhadap waktu, yaitu dengan mengukur secara
simultan komponen horisontal medan listrik (Ex , Ey) dan medan magnet (Hx ,
Hy). Sebagai pelengkap diukur pula komponen vertikal medan magnet (Hz). Oleh
karena itu, alat ukur MT terdiri dari tiga sensor sinyal magnetik
(magnetometer) dan dua pasang sensor sinyal listrik (elektroda)
beserta  unit  penerima  yang  berfungsi sebagai  pengolah  sinyal  dan  perekam
data.
Setelah mempersiapkan segala peralatan
dan mengkalibrasi peralatan yang diperlukan, langkah-langkah dalam pengambilan
data yaitu sebagai berikut :
1)   Pemasangan
Sensor Medan Listrik
Pemasangan
sensor medan listrik yaitu dengan menanam 4 buah po-rouspot di titik utara,
selatan, barat dan timur dari titik pengukuran. Jarak antar tiap porouspot dari
timur ke barat dan dari utara ke selatan biasanya adalah 80-100 meter
tergantung kepada kondisi topografi daerah setempat. Penanaman porouspot dilakukan
dengan menggali lubang sedalam kurang lebih 30 cm. Porouspot yang digunakan
se-bagai  sensor  medan  listrik  ini  sebaiknya  dari  jenis nonpolarizable
porouspot Cu - CuSO4 dengan kestabilan yang tinggi terutama ter-hadap
perubahan temperatur karena pengukuran data MT memerlu-kan waktu yang relatif
lama dibanding dengan pengukuran potensial pada survey geolistrik
tahanan-jenis. Elektroda jenis Pb - PbCl2 atauCd - CdCl2 jarang digunakan,
disamping mahal juga dapat mencemari lingkungan.
2)   Pemasangan
Sensor Magnetik
Sensor  medan  magnetik  berupa  koil  induksi  magnetik  ditanam
pada kuadran yang berbeda. Susunan letak sensor magnetik (Hx, Hy,
Hz)  pada  masing-masing kuadran  ditunjukan  oleh  gambar  2.5.  Koil
induksi magnetik ini mempunyai panjang 120-150 cm.
Kuadran I terletak pada sumbu garis
semu yang berarah timur dan
utara.  Kuadran II  terletak  diantara  arah  barat  dan  selatan.
Kuadran III terletak diantara arah selatan dan timur. Pemasangan koil magnetik
harus dilakukan secara hati-hati, karena koil ini sensitif terhadap
cuaca,  suhu,  tekanan,  dan  benturan. Penanaman  koil  Hx  umumnya
ditanam  pada  kuadran  II  dengan  posisi horizontal  dan  bagian  yang
tersambung  dengan  kabel  menghadap  ke  selatan. Koil  ini  ditanam
sedalam 30-50 cm, dan posisi koil harus tepat horizontal dengan arah
utara-selatan.
Hal  yang  sama  dilakukan  pada  koil  Hy  dan  Hz  tetapi  berbeda
kuadrannya. Koil Hy berada pada kuadran IV dengan bagian yang ter-sambung kabel
menghadap ke barat. Sedangkan untuk koil Hz sedikit berbeda dengan koil yang
lainnya, karena koil ini mngukur komponen vertikal. Koil Hz ditanam dengan
posisi vertikal pada kuadran I den-gan posisi bagian yang tersambung kabel
berada di permukaan.
3)   Pengaturan
Konfigurasi Alat
Setelah  instalasi  alat  selesai,  seluruh  kabel  (sensor  magnetik  dan
sensor medan listrik) dan GPS disambungkan dengan magnetometer dan laptop.
Pengisian parameter data, konfigurasi sistem dan
monitoring  data  selama  akuisisi dilakukan  dengan  menggunakan  perangkat
lunak yang mendukung, misalnya MTU Host Software produk Phoenix Geophysics.
e.    Pengolahan
Data
Data  magnetotellurik  yang  didapatkan  dari  akuisisi  di  lapangan  adalah
berupa seri waktu (time series). Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data
magnetotellurik (MT) adalah sebagai berikut :
1)   Pra
pengolahan Data
Pada
 tahap ini, data mentah yang telah
direkam mengalami
proses  editing  dan demultiplexing  untuk  menggabungkan  data  dari  setiap  kanal  yang  sama (elektrik  atau  magnetik)  untuk  masing-masing
jangkah  frekuensi  (LF,  MF  dan HF).  Data  tersebut  adalah  keluaran
dari
 sensor elektrik dan magnetik yang masih berupa harga tegangan listrik
terukur. Proses gain recovery ditujukan untuk mengembalikanfaktor 
perbesaran atau
amplifikasi yang telah digunakan. Disamping itu, pada proses tersebut 
harga
tegangan listrik terukur dikonversikan ke
dalam satuan  yang  biasa  digunakan  (mV/km  untuk  medan  listrik
dan nano Tesla atau gamma untuk medan magnet).
2)   Pengolahan
Data
Seleksi data dalam domain waktu dapat
dilakukan secara manual
(seleksi  visual) maupun  otomatis  dengan  menetapkan  nilai
minimal korelasi data yang dapat diterima. Korelasi yang dimaksud adalah korelasi
silang (cross-correlation) antara medan listrik dan medan magnet yang saling
tegak-lurus. Hasilnya dalam bentuk seri waktu (time series) disimpan dalam
file.
3)   Analisa
Tensor
Jika medium homogen atau berlapis
horizontal (1-D) maka Zxx = Zyy = 0 dan Zxy = -Zyx = Z, dimana Z adalah
impedansi yang diperoleh dari komponen horisontal medan listrik dan medan
magnet yang saling tegak lurus. Dengan kata lain, hubungan antara
komponen
horisontal  medan  listrik  dan  medan  magnet  tidak lagi  dinyatakan  oleh  suatu tensor melainkan suatu bilangan skalar kompleks.Untuk
medium 2-D dengan sumbu x atau sumbu y searah dengan jurus (strike) maka Zxx =
Zyy = 0, namun Zxy ≠ -Zyx. Secara matematis,
kita  bisa menghitung  tensor  impedansi  yang  seolah-oleh  diperoleh
dengan sistem koordinat pengukuran lain melalui rotasi. Hal ini san-gat berguna
karena arah jurus struktur tidak diketahui saat pengukuran dilakukan. Jika
sumbu x dalam sistem koordimat pengukuran searah dengan
jurus  maka  elemen  tensor  hasil  rotasi Zxy  dan  Zyx  merupakan  im-pedansi
yang berkaitan dengan pengukuran medan listrik sejajar jurus atau
TE-mode  (Transverse  Electric)  dan  tegak  lurus  jurus atau
TM-mode (Transverse Magnetic).
f.     Pemodelan
dan interpretasi Data
1)    Pemodelan
1D
Model 1-D merupakan model yang
sederhana, dalam hal ini tahan-an-jenis hanya bervariasi terhadap kedalaman.
Parameter dalam model 1-D adalah tahanan-jenis dan ketebalan tiap lapisan.
Model 1-D
direp-resentasikan  oleh  model  berlapis horisontal,  yaitu  model  yang  terdiri
dari beberapa lapisan dimana tahanan-jenis pada setiap lapisannya ada-lah
homogen. Pemodelan menggunakan model 1-D hanya dapat diterapkan pada data yang
memenuhi kriteria data 1-D. Namun demikian, dengan
asumsi  tertentu  pemodelan  1-D  dapat  pula  diterapkan  pada data  yang  di-anggap
mewakili kecenderungan lokal atau struktur secara garis besar, misalnya
impedansi invarian dan impedansi dari TE-mode. Pemodelan 1-D menggunakan kurva
sounding TE-mode didasarkan atas anggapan bahwa pengukuran medan listrik searah
jurus tidak terlalu dipengaruhi oleh diskontinuitas lateral tegak lurus.
2)    Pemodelan
2-D
Parameter model 2-D adalah nilai
tahanan jenis dari tiap blok yang
berdimensi lateral  (x)  dan  dimensi  vertikal  (z).   Algoritma  non-linier
conjugate gradient (NLCG) digunakan untuk memperoleh solusi yang meminimumkan
fungsi objektif ψ,Pemodelan inversi dengan algoritma NLCG yang dijelaskan oleh
Rodi dan Mackie (2001) diaplikasikan pada program WinGlink.
3)    Metode
Inversi Bostick
Metoda  inversi  Bostick  (Jones,  1983)  merupakan  cara  yang  cepat
dan mudah untuk memperkirakan variasi tahanan-jenis terhadap kedal-aman secara
langsung dari kurva sounding tahanan-jenis semu. Metode ini diturunkan dari
hubungan analitik antara tahanan jenis, frekuensi dan kedalaman investigasi
atau skin depth. Namun perlu diingat bahwa me-toda ini bersifat aproksimatif
sehingga hanya dapat dilakukan sebagai usaha pemodelan dan interpretasi pada
tahap pendahuluan. Dalam
me-toda  inversi  kuadrat  terkecil  (least-square),
model awal dimodifikasi secara iteratif hingga diperoleh model yang responsnya
cocok dengan data.
Adanya  aproksimasi  atau  linearisasi  fungsi  non-linier  antara  data
dan parameter model menyebabkan metode tersebut sangat sensitif terhadap
pemilihan model awal. Oleh karena itu model awal biasanya ditentukan dari hasil
pemodelan tak langsung atau hasil inversi Bostick. Kecenderungan terakhir
menunjukkan bahwa metode inversi tidak hanya ditujukan untuk menentukan satu
model saja melainkan sejumlah
besar  model  yang  memenuhi  kriteria  data  (misalnya, metode  Monte-Carlo).
Estimasi statistik dari model-model yang diperoleh digunakan
untuk  menentukan  solusi  metoda  inversi.  Kecenderungan  baru tersebut
terutama ditunjang dengan tersedianya komputer pribadi (PC) dan workstations yang
dilengkapi dengan processor berkecepatan tinggi.

 



