Minggu, 30 Oktober 2016

PENGANTAR METODE ELEKTROMAGNETIK

 
 
 

A.           Pengertian Elektromagnetik
Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori yaitu metode pasif dan aktif. Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang dipancarkan oleh bumi. Metode aktif dilakukan dengan membuat medan gangguan kemudian mengukur respons yang dilakukan oleh bumi. Sedangkan sumber-sumber yang digunakan dalam pengukuran tersebut diantaranya ada- lah gelombang elektromagnetik, getaran, sifat kelistrikan, sifat kemagnetan, dan lain-lain. Metode EM adalah salah satu metode geofisika untuk mengetahui anomali di bawah permukaan yang memanfaatkan sifat medan magnet dan medan listrik (Buttler, 2010).           
Survei elektromagnetik (EM) pada dasarnya diterapkan untuk mengetahui respons bawah permukaan menggunakan perambatan gelombang elektromagnetik yang terbentuk akibat adanya arus bolak-balik dan medan magnetik. Medan elektromagnetik primer dihasilkan oleh arus bolak-balik yang melewati sebuah kumparan yang terdiri dari lilitan kawat. Respons bawah permukaan berupa medan elektromagnetik sekunder dan resultan medan terdeteksi sebagai arus bolak-balik yang menginduksi arus listrik pada koil penerima (receiver) sebagai akibat adanya induksi elektromagnetik 
B.     Jenis-jenis Metode Elektromagnetik
Metode elektromagnetik yang digunakan umumnya terbagi menjadi 2, yaitu metode aktif dan metode aktif. Metode elektromagnetik aktif, menggunakan sumber gelombang elektromagnetik yang berasal dari  alam, contoh dari metode elektromagnetik ini antara lain Metode ektromagnetik VLF (Very Low Frequency) dan Metode Elektromagnetik Magnetotelurik. Sedangkan metode elektromagnetik aktif, menggunakan sumber gelombang elektromagnetik buatan yang di pancarkan oleh transmitter.
1.    Metode Very Low Frequency (VLF)
a.    Pengertian
Metode VLF-EM merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk menggambarkan rapat arus induksi yang terdapat di bawah permukaan bumi. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Ronka pada tahun 1971. Metoda ini memanfaatkan gelombang elektromagnetik dengan frekwensi 5-30 kHz. Metode ini memanfaatkan medan elektromagnetik yang dibangkitkan pemancar-pemancar gelombang radio VLF berdaya besar yang dioperasikan untuk kepentingan militer, terutama untuk berkomunikasi dengan kapal selam.
Medan magnetik dan medan listrik yang dibangkitkannya disebut sebagai medan primer. Medan primer membangkitkan medan sekunder sebagai akibat adanya arus induksi yang mengalir pada benda-benda konduktor di dalam tanah. Medan sekunder yang timbul bergantung pada sifat-sifat medan primer, sifat listrik benda-benda di dalam tanah dan medium sekitarnya, serta bentuk dan posisi benda-benda tersebut. Pada daerah pengamatan VLF dilakukan pengukuran terhadap resultan medan primer dan medan sekunder, dimana perubahan resultan kedua medan tersebut tergantung pada perubahanmedan sekunder. Sehingga bentuk, posisi, dan sifat listrik benda-benda di bawah daerah pengamatan dapat diperkirakan. Metode VLF ini secara umum digunakan untuk penelitian geologi yang bersifat dangkal.
Untuk metode VLF ada dua mode yaitu mode tilt angle dengan parameter yang dipakai adalah sudut tilt dan parameter resistivitas sedangkan mode resistivitas dengan parameter  tahanan jenis medium dan sudut fase medium. Komponen yang diukur dalam VLF adalah tilt angle α yaitu sudut utama polarisasi ellip dari horizontal (dalam derajat atau persen), dan eliptisitas Ɛ adalah perbandingan antara sumbu kecil terhadap sumbu besarnya (dalam persen). Tilt angle α dan eliptisitas Ɛ, berkaitan dengan komponen Ɛ mirip dengan bagian quadrature (komponen imaginer) dari komponen vertikal. Kedua parameter tersebut diukur dalam prosentase terhadap medan primer horizontal.


METODE VERY LOW FREQUENCY 
                        
b.      Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengambilan data metode VLF adalah sebagai berikut :
·      alat VLF-EM;
·      aki charger 12 V 2,2 A;
·      GPS;
·      kompas;
·      dan peralatan pendukung lainnya.
Peralatan utama yang diperlukan adalah alat untuk menangkap sinyal VLF Elektromagnetik. Ada berbagai jenis alat untuk menangkap sinyal VLF-EM ini. Jenis yang sering digunakan dalam akuisisi adalah VLF-EM ENVI SCINTREX.
c.       Akuisi Data
Hal pertama yang harus dilakukan untuk memperoleh data VLF  adalah me- nyiapkan peralatan dan menentukan lokasi penelitian yang akan diambil data VLF-nya. Setelah itu proses akuisisi dilakukan sebagai berikut :
·      Data lapangan diambil menggunakan T-VLF IRIS instrumen dan theodolit atau GPS untuk menentukan titik ukur.
·      Sumber gelombang EM frekuensi sangat rendah dari stasiun pemancar gelombang. Contohnya andalah VLF NWC Australia, dimana stasiun ini memiliki daya pancar yang mencakup hampir seluruh wilayah Indonesia.
·      Lintasan survei harus memanjang dengan spasi untuk setiap stasiun. Lintasan yang dibuat diperkirakan memotong daerah anomali. Arah  pengukuran harus tegak lurus dengan pemancar (Australia) atau  menghadap  kepemancar.
·      Pengambilan data VLF menggunakan alat penangkap gelombang.
·      Akuisisi  data  dari  masing-masing  titik pengukuran  dilakukan  dalam  dua posisi, yaitu duduk dan berdiri.
d.   Pengolahan Data dan Interpretasi Data
1)   Pengolahan Data VLF
            Data yang telah terambil meliputi data elektromagnetik yang didapatkan dalam pengukuran. Data pengukuran tersebut merupakan superposisi antara sinyal yang berasal dari anomali dan gangguan (noise) dari struktur lokal yang tidak diharapkan.
Terdapat empat jenis koreksi dalam pengolahan data VLF-EM, yaitu :
·      Koreksi Moving Average Filter
Dengan asumsi gelombang yang diterima oleh VLF-EM adalah frekuensi rendah dan noise eksternal juga mempengaruhi pengukuran, maka filter moving average digunakan untuk menghilangkan noise frekuensi tinggi. Oleh karena itu, sinyal yang disaring benar- benar merupakan anomali bahan konduktif di bawah permukaan.
·      Filter Flaser
Dengan menggunakan filter ini, titik potong dari anomali menjadi optimal (mencapai puncaknya), maka hasil filter ini akan membuat proses analisis lebih mudah. Filter Fraser diaplikasikan untuk setiap lintasan dengan menempatkan lokasi pengukuran pada (x, y) dan anomali di (z), karena itu kontur dapat dibuat. Kontur menunjukkan anomali tersebar di suatu daerah.
Interpretasi menggunakan data sebelum filter Fraser akan sulit, karena kesulitan untuk menentukan titik perubahan yang tidak terfokus pada satu titik, selain itu, jika daerah tersebut memiliki banyak bahan konduktif, titik perubahan akan lebih sulit untuk ditentukan. Setelah dilakukan filter Fraser anomali menjadi lebih jelas. Namun untuk mendapatkan hasil interpretasi yang lebih baik dapat dibantu menggunakan data lain seperti (quadrature, titlt-angle, atau total-field).
·      Filter Karous-Hjelt
Interpretasi kualitatif VLF-EM dapat dilakukan dengan menggunakan filter Karous- Hjelt. Penerapan hasil filter ini berupa distribusi kerapatan arus yang dapat member informasi mengenai daerah konduktif.
2)   Interpretasi Data VLF
              Setelah dilakukan pengolahan data hingga dilakukan berbagai filter-filter yang diperlukan makan hasil yang didapatkan berupa grafik frekuensi pengukuran  atau  dalam  bentuk  kontur/citra  2D  untuk  dapat  dilakukan interpretasisetelah itu. Dalam melakukan interpretasi data VLF dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
·      Interpretasi dari Derivatif Fraser
Interpretasi yang dilakukan dari hasil derivative koreksi Fraser Filter.
·      Interpretasi Perkiraan Langsung
Interpretasi  yang  dapat  dlakukan  dengan  memperkirakan  langsung dari hasil pengukuran yang telah didapatkan. Interpretasi cara ini dapat dikatakan  tidak  akurat  karena  masih  banyak  noise  yang  belum dikoreksi pada data yang telah didapat.
·      Interpretasi dengan Filter Linier Karous Hjelt
Interpretasi yang dilakukan dengan melihat hasil  filter Linier karous hjelt. Hasil yang didapatkan lebih baik dari sebelumnya karena telah dilakukan beberapa kali pemfilteran.
·      Interpretasi terhadap data VLF dapat dilakukan dengan perangkat lunak
Interpretasi  yang  dlakukan  dengan  perangkat  lunak biasanya lebih mudah dan lebih akurat.

INTERPRETASI DATA METODE VLF

                   
2.    Metode Magnetotelurik
a.    Pengertian
    Metoda  magnetotellurik  (MT)  merupakan  salah  satu  metode  eksplorasi geofisika yang memanfaatkan medan elektromagnetik alam. Medan EM tersebut ditimbulkan oleh berbagai proses fisik yang cukup kompleks sehingga spektrum frekuensinya sangat lebar (10-5 Hz – 104Hz).
Kebergantungan fenomena listrik - magnet terhadap sifat kelistrikan terutama konduktivitas medium (bumi) dapat dimanfaatkan untuk keperluan eksplorasi menggunakan  metoda  MT.  Hal  ini  dilakukan  dengan  mengukur  secara simultan variasi medan listrik (e) dan medan magnet (H) sebagai fungsi waktu.  Informasi mengenai  konduktivitas  medium  yang  terkandung  dalam data  MT  dapat diperoleh  dari  penyelesaian  persamaan  Maxwell  menggunakan  model-model  yang relatif  sederhana. 
Pada  dekade  50-an  untuk  pertama kali hal tersebut dilakukan dan dibahas secara terpisah oleh Tikhonov (1950),Rikitake (1946), Price (1950), Kato dan Kikuchi (1950), Cagniard (1953) dan Wait (1954) yang kemudian menjadi dasar metoda MT. Dengan demikian metoda ini masih relatif baru jika dibandingkan dengan metoda geofisika lainnya.
Metode Magnetotellurik adalah suatu metode yang bersifat pasif yang memanfaatkan tahanan jenis bawah permukaan. Medan EM yang digunakan mempunyai frekuensi yang panjang sehingga mampu menyelidiki keadaan permukaan dari kedalamaan puluhan hingga ribuan meter. Sumber medan EM yaitu aktivitas petir (>1Hz), resonansi lapisan iomosfer bumi (<1Hz), dan bintik hitam matahari (<<1Hz).
b.    Prinsip Kerja
Proses induksi elektromagnetik yang terjadi pada anomaly permukaan bawah. medan EM yang menembus bawah permukaan akan menginduksi anomaly konduktif bawah permukaan bumi sehingga menghasilkan E dan magnetic sekunder yang kemudian direkam oleh alat magnetotellurik. Kontras resistivitas antara atmosfer dan permukaan bumi menunjukan bahwa gelombang  EM merambat vertical ke bawah permukaan. Berdasarkan sifat penjalaran, kedalaman penetrasi bergantung pada frekuensi dan  resistivitas. Material yang resistivitas lebih kecil mempunyai daya tembus yang lebih kecil sedangkan medan EM yang mempunyai frekuensi lebih tinggi mempunyai daya tembus yang tinggi.

METODE MAGNETOTELURIC

 
c.    Peralatan
       Dalam penggunaan metode Magnetotellurik (MT) sumber yang digunakan merupakan sumber alam. Sehingga pada metode ini peralatan yang digunakan hanyalah alat penangkap gelombang elektromagnetik alat tersebut. Peralatan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
·      Alat Ukur  AMT (Audio Magnetotelluric) atau Magnetometer
Alat  ini  untuk  merekam  komponen  orthogonal  medan  listrik  (Ex dan Ey)  dan medan  magnetik  (Hx dan Hy)  pada  jangkauan  frekuensi  tertentu. Ada beberapa  jenis  alat  ukur AMT  yang  sering  digunakan,  di-antaranya  adalah Model  JCR-103  (4-Channel)  dan  Model  MTU-5a (5-channel system) produksi Phoenix Geophysics.
·      Koil Induksi Magnetik
Koil induksi magnetic berfungsi sebagai sensor medan magnetik. Sen-sor ini dietakkan dipermukaan tanah.
·      Elektroda Listrik atau Porouspot
Elektroda listrik atau porouspot berfungsi sebagai sensor medan listrik. Sensor ini ditancapkan dengan kedalaman sekitar 30 cm.
·      GPS
GPS digunakan untuk menentukan koordinat lokasi pengambilan data.
·      kabel-kabel
Kabel  digunakan  untuk  menyambungkan  bagian-bagian  alat  dengan sensor.
·      Laptop atau komputer
Laptop atau Komputer untuk memonitor data yang direkam alat ukur AMT.
d.   Akuisisi Data
Pada dasarnya pengambilan data di daerah survey (data acquisition) MT dilakukan untuk mengetahui variasi medan EM terhadap waktu, yaitu dengan mengukur secara simultan komponen horisontal medan listrik (Ex , Ey) dan medan magnet (Hx , Hy). Sebagai pelengkap diukur pula komponen vertikal medan magnet (Hz). Oleh karena itu, alat ukur MT terdiri dari tiga sensor sinyal magnetik (magnetometer) dan dua pasang sensor sinyal listrik (elektroda) beserta  unit  penerima  yang  berfungsi sebagai  pengolah  sinyal  dan  perekam data.
Setelah mempersiapkan segala peralatan dan mengkalibrasi peralatan yang diperlukan, langkah-langkah dalam pengambilan data yaitu sebagai berikut :
1)   Pemasangan Sensor Medan Listrik
Pemasangan sensor medan listrik yaitu dengan menanam 4 buah po-rouspot di titik utara, selatan, barat dan timur dari titik pengukuran. Jarak antar tiap porouspot dari timur ke barat dan dari utara ke selatan biasanya adalah 80-100 meter tergantung kepada kondisi topografi daerah setempat. Penanaman porouspot dilakukan dengan menggali lubang sedalam kurang lebih 30 cm. Porouspot yang digunakan se-bagai  sensor  medan  listrik  ini  sebaiknya  dari  jenis nonpolarizable porouspot Cu - CuSO4 dengan kestabilan yang tinggi terutama ter-hadap perubahan temperatur karena pengukuran data MT memerlu-kan waktu yang relatif lama dibanding dengan pengukuran potensial pada survey geolistrik tahanan-jenis. Elektroda jenis Pb - PbCl2 atauCd - CdCl2 jarang digunakan, disamping mahal juga dapat mencemari lingkungan.
2)   Pemasangan Sensor Magnetik
Sensor  medan  magnetik  berupa  koil  induksi  magnetik  ditanam pada kuadran yang berbeda. Susunan letak sensor magnetik (Hx, Hy, Hz)  pada  masing-masing kuadran  ditunjukan  oleh  gambar  2.5.  Koil induksi magnetik ini mempunyai panjang 120-150 cm.
Kuadran I terletak pada sumbu garis semu yang berarah timur dan utara.  Kuadran II  terletak  diantara  arah  barat  dan  selatan. Kuadran III terletak diantara arah selatan dan timur. Pemasangan koil magnetik harus dilakukan secara hati-hati, karena koil ini sensitif terhadap cuaca,  suhu,  tekanan,  dan  benturan. Penanaman  koil  Hx  umumnya ditanam  pada  kuadran  II  dengan  posisi horizontal  dan  bagian  yang tersambung  dengan  kabel  menghadap  ke  selatan. Koil  ini  ditanam sedalam 30-50 cm, dan posisi koil harus tepat horizontal dengan arah utara-selatan.
Hal  yang  sama  dilakukan  pada  koil  Hy  dan  Hz  tetapi  berbeda kuadrannya. Koil Hy berada pada kuadran IV dengan bagian yang ter-sambung kabel menghadap ke barat. Sedangkan untuk koil Hz sedikit berbeda dengan koil yang lainnya, karena koil ini mngukur komponen vertikal. Koil Hz ditanam dengan posisi vertikal pada kuadran I den-gan posisi bagian yang tersambung kabel berada di permukaan.
3)   Pengaturan Konfigurasi Alat
Setelah  instalasi  alat  selesai,  seluruh  kabel  (sensor  magnetik  dan sensor medan listrik) dan GPS disambungkan dengan magnetometer dan laptop. Pengisian parameter data, konfigurasi sistem dan monitoring  data  selama  akuisisi dilakukan  dengan  menggunakan  perangkat lunak yang mendukung, misalnya MTU Host Software produk Phoenix Geophysics.
e.    Pengolahan Data
Data  magnetotellurik  yang  didapatkan  dari  akuisisi  di  lapangan  adalah berupa seri waktu (time series). Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data magnetotellurik (MT) adalah sebagai berikut :
1)   Pra pengolahan Data
Pada tahap ini, data mentah yang telah direkam mengalami proses  editing  dan demultiplexing  untuk  menggabungkan  data  dari  setiap  kanal  yang  sama (elektrik  atau  magnetik)  untuk  masing-masing jangkah  frekuensi  (LF,  MF  dan HF).  Data  tersebut  adalah  keluaran dari sensor elektrik dan magnetik yang masih berupa harga tegangan listrik terukur. Proses gain recovery ditujukan untuk mengembalikanfaktor perbesaran atau amplifikasi yang telah digunakan. Disamping itu, pada proses tersebut harga tegangan listrik terukur dikonversikan ke dalam satuan  yang  biasa  digunakan  (mV/km  untuk  medan  listrik dan nano Tesla atau gamma untuk medan magnet).
2)   Pengolahan Data
Seleksi data dalam domain waktu dapat dilakukan secara manual (seleksi  visual) maupun  otomatis  dengan  menetapkan  nilai minimal korelasi data yang dapat diterima. Korelasi yang dimaksud adalah korelasi silang (cross-correlation) antara medan listrik dan medan magnet yang saling tegak-lurus. Hasilnya dalam bentuk seri waktu (time series) disimpan dalam file.
3)   Analisa Tensor
Jika medium homogen atau berlapis horizontal (1-D) maka Zxx = Zyy = 0 dan Zxy = -Zyx = Z, dimana Z adalah impedansi yang diperoleh dari komponen horisontal medan listrik dan medan magnet yang saling tegak lurus. Dengan kata lain, hubungan antara komponen horisontal  medan  listrik  dan  medan  magnet  tidak lagi  dinyatakan  oleh  suatu tensor melainkan suatu bilangan skalar kompleks.Untuk medium 2-D dengan sumbu x atau sumbu y searah dengan jurus (strike) maka Zxx = Zyy = 0, namun Zxy ≠ -Zyx. Secara matematis, kita  bisa menghitung  tensor  impedansi  yang  seolah-oleh  diperoleh dengan sistem koordinat pengukuran lain melalui rotasi. Hal ini san-gat berguna karena arah jurus struktur tidak diketahui saat pengukuran dilakukan. Jika sumbu x dalam sistem koordimat pengukuran searah dengan jurus  maka  elemen  tensor  hasil  rotasi Zxy  dan  Zyx  merupakan  im-pedansi yang berkaitan dengan pengukuran medan listrik sejajar jurus atau TE-mode  (Transverse  Electric)  dan  tegak  lurus  jurus atau TM-mode (Transverse Magnetic).
f.     Pemodelan dan interpretasi Data
1)    Pemodelan 1D
Model 1-D merupakan model yang sederhana, dalam hal ini tahan-an-jenis hanya bervariasi terhadap kedalaman. Parameter dalam model 1-D adalah tahanan-jenis dan ketebalan tiap lapisan. Model 1-D direp-resentasikan  oleh  model  berlapis horisontal,  yaitu  model  yang  terdiri dari beberapa lapisan dimana tahanan-jenis pada setiap lapisannya ada-lah homogen. Pemodelan menggunakan model 1-D hanya dapat diterapkan pada data yang memenuhi kriteria data 1-D. Namun demikian, dengan asumsi  tertentu  pemodelan  1-D  dapat  pula  diterapkan  pada data  yang  di-anggap mewakili kecenderungan lokal atau struktur secara garis besar, misalnya impedansi invarian dan impedansi dari TE-mode. Pemodelan 1-D menggunakan kurva sounding TE-mode didasarkan atas anggapan bahwa pengukuran medan listrik searah jurus tidak terlalu dipengaruhi oleh diskontinuitas lateral tegak lurus.
2)    Pemodelan 2-D
Parameter model 2-D adalah nilai tahanan jenis dari tiap blok yang berdimensi lateral  (x)  dan  dimensi  vertikal  (z).   Algoritma  non-linier conjugate gradient (NLCG) digunakan untuk memperoleh solusi yang meminimumkan fungsi objektif ψ,Pemodelan inversi dengan algoritma NLCG yang dijelaskan oleh Rodi dan Mackie (2001) diaplikasikan pada program WinGlink.
3)    Metode Inversi Bostick
Metoda  inversi  Bostick  (Jones,  1983)  merupakan  cara  yang  cepat dan mudah untuk memperkirakan variasi tahanan-jenis terhadap kedal-aman secara langsung dari kurva sounding tahanan-jenis semu. Metode ini diturunkan dari hubungan analitik antara tahanan jenis, frekuensi dan kedalaman investigasi atau skin depth. Namun perlu diingat bahwa me-toda ini bersifat aproksimatif sehingga hanya dapat dilakukan sebagai usaha pemodelan dan interpretasi pada tahap pendahuluan. Dalam me-toda  inversi  kuadrat  terkecil  (least-square), model awal dimodifikasi secara iteratif hingga diperoleh model yang responsnya cocok dengan data. Adanya  aproksimasi  atau  linearisasi  fungsi  non-linier  antara  data dan parameter model menyebabkan metode tersebut sangat sensitif terhadap pemilihan model awal. Oleh karena itu model awal biasanya ditentukan dari hasil pemodelan tak langsung atau hasil inversi Bostick. Kecenderungan terakhir menunjukkan bahwa metode inversi tidak hanya ditujukan untuk menentukan satu model saja melainkan sejumlah besar  model  yang  memenuhi  kriteria  data  (misalnya, metode  Monte-Carlo). Estimasi statistik dari model-model yang diperoleh digunakan untuk  menentukan  solusi  metoda  inversi.  Kecenderungan  baru tersebut terutama ditunjang dengan tersedianya komputer pribadi (PC) dan workstations yang dilengkapi dengan processor berkecepatan tinggi.

PENGANTAR METODE SEISMIK

PENGANTAR METODE SEISMIK

 

Metoda seismik didasarkan pada prinsip perambatan gelombang yang mengikuti Hukum Snellius, Hukum Fermat, dan Hukum Huygen.
  1. Hukum Snelius
Ketika gelombang seismik melalui lapisan batuan dengan impedansi akustik yang  berbeda dari lapisan batuan yang dilalui sebelumnya, maka gelombang akan terbagi. Gelombang tersebut sebagian terefleksikan kembali ke permukaan dan sebagian diteruskan merambat dibawah permukaan.
Apabila sinar datang dari medium optis kurang rapat ke medium optis lebih rapat, maka sinar tersebut akan dibiaskan cenderung mendekati garis normal, jadi sudut datang akan lebih besar dari sudut bias dan sebaliknya apabila sinar datang dari medium optis lebih rapat ke medium optis kurang rapat, maka sinar akan dibiaskan cenderung menjauhi garis normal, sehingga sudut datang akan lebih kecil dari sudut bias.

HUKUM SNELIUS

  1. Hukum Fermat
Menurut Fermat, besarnya sudut pantul akan sama dengan besarnya sudut datangnya cahaya. Gelombang menjalar dari satu titik ke titik lain melalui jalan tersingkat waktu penjalarannya. Dengan demikian jika gelombang melewati sebuah medium yang memiliki variasi kecepatan gelombang seismik, maka gelombang tersebut akan cenderung melalui zona-zona kecepatan tinggi dan menghindari zona-zona kecepatan rendah.
  1. Hukum Huygen
Prinsip Huygen menyatakan bahwa setiap titik pada muka gelombang merupakan sumber bagi gelombang baru.Posisi dari muka gelombang dalam dapat seketika ditemukan dengan membentuk garis singgung permukaan untuk semua wavelet sekunder. Prinsip Huygens mengungkapkan sebuah mekanisme dimana sebuah pulsa seismik akan kehilangan energi seiring dengan bertambahnya kedalaman.


HUKUM HUYGEN

Aplikasi metoda seismik biasanya terdiri dari dua macam yaitu Seismik Refraksi dan Seismik Refleksi.
  1. Seismik Refraksi
Metoda seismik refraksi memanfaatkan gelombang seismik yang direfraksikan mengikuti batas-batas lapisan batuan di bawah permukaan. Waktu tempuh gelombang antara sumber gelombang dan penerima (geofon) akan menghasilkan gambaran tentang kecepatan dan kedalaman lapisan. Metoda seismik refraksi banyak digunakan untuk eksplorasi dangkal dan keteknikan. Berdasarkan hukum Snellius, besarnya sudut datang akan menentukan apakah gelombang itu dipantulkan atau dibiaskan.

SEISMIC REFRAKSI

  1. Seismik Refleksi
Metoda seismik refleksi memanfaatkan waktu tempuh perambatan gelombang yang dipantulkan kembali oleh bidang batas batuan. Rekaman waktu tempuh gelombang pantul untuk suatu lintasan, setelah melalui pengolahan data akan memberikan gambaran bawah permukaan berdasarkan perbedaan kecepatan gelombang yang dipengaruhi oleh densitas batuan. Refleksi gelombang tersebut direkam dengan alat dan menunjukkan berbagai variasi amplitudo sebagai respon dari berbagai pelapisan di bawah permukaan bumi, sehingga lapisan-lapisan tersebut akan muncul sebagai horizon reflektor. Jika kecepatan masing-masing lapisan tadi dapat dihitung dari waktu pantul yang direkam (v = s/t) kedalaman masing-masing lapisan dapat dihitung
SEISMIC REFLEKSI

Wilayah kajian besar dalam seismik refaksi mencakup:
  • Akuisi data
  • Pengolahan data
  • Interpretasi data
Sesudah pengolahan selesai dilakukan akan diperoleh data yang siap ditafsirkan berupa jejak seismik yang rangkaian amplitudonya dapat menggambarkan reflektor sebagai batas antar satuan lapisan atau formasi.

PENGANTAR METODE GEOLOSTRIK



PENGANTAR METODE GEOLISTRIK



 

                                              
         
GEOLISTRIK

Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang dapat digunakan untuk memberikan gambaran model resistivitas guna mendukung data geologi dalam proses eksplorasi geofisika. Model resistivitas bawah permukaan dapat menggambarkan struktur, sebaran, dan orientasi lapisan bawah permukaan bumi yang menjadi target dalam eksplorasi geofisika.Dalam survei lapangan metode ini sering digunakan untuk survei eksplorasi air tanah, eksplorasi mineral, pemetaan geoteknik (basment) pemetaan zona pencemaran (leaching), pemetaan bidang lincir zona longsor dan lain-lain.
Metode geolistrik merupakan metode yang menggunakan prinsip aliran arus listrik dalam menyelidiki struktur bawah permukaan bumi.Aliran arus listrik dapat mengalir di dalam tanah melalui batuan-batuan dan sangat dipengaruhi oleh adanya air tanah dan garam yang terkandung di dalam batuan serta adanya mineral logam dan panas yang tinggi (hidrothermal).
Metode geolistrik merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan penggunaan pengukuran fisik diatas permukaan. Dari sisi lain, geofisika mempelajari semua isi bumi baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat langsung oleh pengukuran sifat fisik dengan menyesuaikan yang pada umumnya pada permukaan. Metode geofisika sebagai pendeteksi perbedaan tentang sifat sifis didalam bumi. Kepadatan, kemagnetan, kekenyalan, dan tahanan jenis adalah kekayaan yang paling umum digunakan untuk mengukur penelitian yang memungkinkan perbedaan didalam bumi untuk ditafsirkan dalam kaitannya dengan struktur mengenai lapisan tanah, berat jenis batuan dan rembesan isi air, dan mutu air. 
Geolistrik adalah suatu metoda eksplorasi geofisika untuk menyelidiki keadaan bawah permukaan dengan menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan. Sifat-sifat kelistrikan tersebut adalah, antara lain. tahanan jenis (specific resistivity, conductivity, dielectrical constant, kemampuan menimbulkan self potential dan medan induksi serta sifat menyimpan potensial dan lain-lain.Pendugaan geolistrik dilakukan dengan menghantarkan arus listrik (beda I) buatan kedalam tanah melalui batang elektroda arus , kemudian mengukur beda potensial (beda V) pada elektroda lain. Hasil pencatatan akan dapat mengetahui tahanan jenis bahan yang dilalui oleh arus listrik dapat diketahui dengan hukum ohm yaitu :
R = V / I                                              
dimana :
R = tahanan (ohm/mohm),                  I = beda arus listrik dalam amper/mampe).    
V= beda potensial listrik (volt/mvolt)


 









Gambar 2.  Prinsip kerja Geolistrik

Umumnya, metode resistivitas ini hanya baik untuk eksplorasi dangkal, yaitu sekitar 100 meter.Jika kedalaman lapisan lebih dari harga tersebut, informasi yang diperoleh kurang akurat, hal ini disebabkan karena melemahnya arus listrik untuk jarak bentang yang semakin besar.Karena itu, metode ini jarang digunakan untuk eksplorasi dalam.Sebagai contoh eksplorasi minyak.Metode resistivitas lebih banyak digunakan dalam bidang enginering geology (seperti penentuan kedalaman batuan dasar), pencarian reservoir air, pendeteksian intrusi air laut, dan pencarian ladang geotermal.
Untuk mengatasi adanya tegangan listrik alami ini hendaknya sebelum dilakukan pengaliran arus listrik, multimeter diset pada tegangan listrik alami tersebut dan kedudukan awal dari multimeter dibuat menjadi nol. Dengan demikian alat ukur multimeter akan menunjukkan tegangan listrik yang benar-benar diakibatkan oleh pengiriman arus pada elektroda AB. Multimeter yang mempunyai fasilitas seperti ini hanya terdapat pada multimeter dengan akurasi tinggi. Berikut adalah macam-macam konfigurasi resistivity.
1.    Konfigurasi Wenner
Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB. Disini bisa digunakan alat ukur multimeter dengan impedansi yang relatif lebih kecil.Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Data yang didapat dari cara konfigurasi Wenner, sangat sulit untuk menghilangkan factor non homogenitas batuan, sehingga hasil perhitungan menjadi kurang akurat.


                                            
 










Gambar 3. Konfigurasi Wenner

2.    Konfigurasi Schlumberger
Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah.Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka jarak MN hendaknya dirubah.Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB.
Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif jauh, sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik ‘high impedance’ dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa mendisplay tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di belakang koma. Atau dengan cara lain diperlukan peralatan pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi.
Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2.Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya, maka ketika jarak AB relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga diperbesar. Pertimbangan perubahan jarak elektroda MN terhadap jarak elektroda AB yaitu ketika pembacaan tegangan listrik pada multimeter sudah demikian kecil, misalnya 1.0 milli Volt
Umumnya perubahan jarak MN bisa dilakukan bila telah tercapai perbandingan antara jarak MN berbanding jarak AB = 1 : 20. Perbandingan yang lebih kecil misalnya 1 : 50 bisa dilakukan bila mempunyai alat utama pengirim arus yang mempunyai keluaran tegangan listrik DC sangat besar, katakanlah 1000 Volt atau lebih, sehingga beda tegangan yang terukur pada elektroda MN tidak lebih kecil dari 1.0 milliVolt.

                    
 
















Gambar  4. Konfigurasi Schlumberger

3.    Konfigurasi Dipole-Dipole
Selain konfigurasi Wenner dan Schlumberger, konfigurasi yang dapat digunakan adalah Pole-pole, Pole-dipole dan Dipole-dipole.Pada konfigurasi Pole-pole, hanya digunakan satu elektrode untuk arus dan satu elektrode untuk potensial. Sedangkan elektrode yang lain ditempatkan pada sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum 20 kali spasi terpanjang C1-P1 terhadap lintasan pengukuran. Sedangkan untuk konfigurasi Pole-dipole digunakan satu elektrode arus dan dua elektrode potensial.Untuk elektrode arus C2 ditempatkan pada sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum 5 kali spasi terpanjang C1-P1.Sehingga untuk penelitian skala laboratorium yang mungkin digunakan adalah konfigurasi Dipole-dipole.
Pada konfigurasi Dipole-dipole, dua elektrode arus dan dua elektrode potensial ditempatkan terpisah dengan jarak na, sedangkan spasi masing-masing elektrode a. Pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektrode potensial pada suatu penampang dengan elektrode arus tetap, kemudian pemindahan elektrode arus pada spasi n berikutnya diikuti oleh pemindahan elektrode potensial sepanjang lintasan seterusnya hingga pengukuran elektrode arus pada titik terakhir di lintasan itu.

               
 


















Gambar 5. Konfigurasi Dipol-dipol